Rabu, 11 Mei 2011

Perihal Menjadi Tukang Hitung

Dalam percakapan panjang dengan pacar melalui telepon tadi malam, lucu sekali kami tiba-tiba membicarakan tentang pekerjaan sipil. lebih spesifik lagi tentang beton. hal ini berhubungan dengan proyek yang sedang ia kerjakan, yang ada beberapa pekerjaan sipilnya. awalnya ia bertanya tentang tes beton kemudian bercerita bagaimana sulitnya di sana untuk memperoleh bahan-bahan baku yang bermutu untuk membuat beton. baik dari agregat penyusunnya sampai ke air nya pun bukanlah bahan-bahan yang baik karena faktor alam. nah di sini, saya yang sedang jalan 7 bulan bekerja di konsultan pikirannya sudah mulai 'ke-konsultan-konsultanan-amatiran'. saya bilang ya pokoknya ntah bagaimana caranya harus menghasilkan beton dengan mutu yang sudah ditetapkan dengan konsultan desainnya. karena desain yang sudah jadi didasarkan pada perhitungan. jika dalam pelaksanaan tidak sesuai dengan hitungan maka bisa berakibat buruk pada hasil pekerjaannya. setelah itu si pacar berkata "nah ini sudah ,kamu udah kayak konsultan di tempat aku jalan pikirannya". ia mengingatkan kepada saya bahwa desain itu ya jangan asal desain, harus tau di tempat pelaksanaan mungkinkah mendapatkan bahan-bahan yang spesifikasinya dipakai dalam proses perhitungan. kemudian bila di lapangan ternyata kondisinya tidak memungkinkan, seharusnya konsultan tidak hanya protes tetapi turut serta mencarikan solusi.

perkataan pacar tersebut kemudian menyadarkan saya ternyata sampai sejauh ini saya masih menjadi tukang hitung. padahal waktu saya dinyatakan lulus oleh dosen pembimbing, beliau berpesan bahwa saya tidak boleh menjadi engineer yang cuma tukang hitung yang hanya terpaku pada hukum hukum dalam ilmu mekanika teknik. kekuatan dan kekakuan memang harga mati, namun tidak boleh lupa bahwa 'sense of engineering' atau 'engineering judgment' itu sangat penting, harus selalu diasah supaya tidak hanya menjadi tukang insinyur. pada kenyataannya di lapangan, banyak sekali faktor penghambat yang mempersulit pekerjaan. seorang tukang insinyur tidak akan bisa menemukan solusi terbaik untuk menyesuaikan desainnya dengan kondisi lapangan. jika mencari solusi saja tidak mampu apalagi menciptakan inovasi-inovasi. jika menciptkakan inovasi saja tidak bisa bagaimana mau membangun bangsa.

saya memang masih amatir, masih harus belajar banyak, masih harus menjajal pengalaman demi pengalaman yang dapat memperkaya ilmu dan meningkatkan kualitas diri. jujur saya sebenarnya lebih tertarik dengan ilmu lapangan daripada ilmu hitung di balik meja. namun di balik apa yang saya kerjakan sekarang, yang patut saya syukuri adalah 'im really into civil engineering'. saya bersyukur memiliki pekerjaan yang sesuai dengan apa yang saya perjuangkan selama 4 tahun. tidak sia-sialah segala macam ilmu yang telah dipelajari karena dapat saya aplikasikan saat ini.

perihal membangun bangsa? mari kita lihat ke depannya, apa yang dapat saya beri untuk bangsa ini. saya sendiri tentunya sungguh berharap dapat ikut berperan dan memberikan kontribusi dalam pembangunan di Indonesia.

seperti tulisan pada kaos-kaos yang dijual di koperasi kampus : trust me im an engineer! ^^

4 komentar:

Unknown mengatakan...

kikikiki. jadi tersadar guw.

christine mengatakan...

ya kan..hihihi

Unknown mengatakan...

Nice post, Tin!

christine mengatakan...

thanks Yo!

Posting Komentar

 
;