Kamis, 21 Agustus 2014 0 komentar

Haposan Hizkia Mora Saragih

Hari itu hari Rabu, 21 Agustus 2013, tepat satu tahun yang lalu. Semenjak mengambil cuti hamil seminggu sebelum hari itu, kegiatan rutin setiap pagi adalah berjalan pagi dengan Jo. Kata orang-orang banyak berjalan akan mempermudah proses melahirkan. Apapun yang orang-orang sarankan untuk persalinan normal pasti kulakukan. Aku sangat ingin melahirkan dengan cara normal. Puji Tuhan semua keluarga dan dokter mendukukung serta panggul yang luas dan posisi bayi pun sudah benar. Pagi itu kami pergi ke taman di dekat kompleks rumah untuk melaksanakan jalan pagi sambil mengelus elus perut besar ku di kehamilan yang sudah memasuki minggu ke-40 dan due date yang tinggal 2 hari lagi. Kataku kepada bayi dalam perutku "Nak, ayo keluar sayang, mama sama papa sudah sangat ingin gendong kamu". Entah mengapa kemudian aku berkata kepada Jo : "Pokoknya pulang dari jalan pagi ini pasti bakal datang tanda-tanda melahirkan, terus aku melahirkan deh hari ini atau besok". Jo pun meng-Amin-kan ucapanku sambil tersenyum.

Sesampainya di rumah, aku mandi kemudian melaksanakan rutinitas doa pagi dengan ayah ibu mertuaku, Jo dan Angga. Selesai doa pagi aku buru-buru ke toilet karena sudah tidak tahan untuk buang air kecil. Saat itu aku terkejut dengan bercak bewarna pink pada pakaian dalamku. Aku langsung deg-deg an dan memastikan apakah itu bercak darah salah satu dari tanda-tanda melahirkan. Segera kutelpon mama, kata mama aku harus segera ke Rumah Sakit, tenang dan berdoa. Kemudian aku panggil Jo dan Inang bahwa tanda melahirkan sudah datang dan harus segera ke RS. 

Selama perjalanan menuju RSPP, aku mulai merasakan apa itu yang dinamakan kontraksi. Kontraksinya masih lemah dan datangnya 10 menit sekali. Selesai mengurus administrasi, aku langsung dibawa ke dokter jaga di bagian ibu dan bayi. Saat itu pk. 11.00, aku disuruh tiduran di kasur untuk Pemeriksaan Dalam (PD). *aku ngga nyangka kalau PD itu rasanya pedihhh seperti itu* Ternyata aku sudah pembukaan 1 dengan kontraksi 10 menit sekali. Kemudian aku dibawa ke kamar perawatan untuk menanti saat persalinan tiba. Dokter jaga dan suster-susternya bilang "Bu kalau anak pertama biasanya dari pembukaan 1 ke 10 butuh waktu 12 jam". Fiuh deg-degan ku langsung berkurang deh.

Tetapi oh tetapi.....
Selesai makan siang pukul 13.00 kontraksi semakin sering datangnya dan benar saja setelah diperiksa aku sudah masuk  pembukaan 6. Papa menyempatkan datang Suster menyuruhku untuk bersiap-siap ganti baju bersalin dan segera masuk ke ruang bersalin. Di ruang bersalin yang serba hijau itu semakin lama kontraksi semakin sering datangnya dan semakin kuat; mulai dari 5 menit sekali, 3 menit sekali, 2 menit sekali sampai hampir ngga ada jeda sama sekali antar kontraksi. Dari pembukaan 6 sampai 9 memakan waktu yang singkat. Namun pembukaan 9 ke pembukaan 10 sempurna membutuhkan waktu yang agak lama dan di sini lah kesakitan hebat yang kurasakan. Menurutku itu adalah rasa sakit yang paling sakit yang pernah kurasakan sampai detik ini. Aku sangat bersyukur Jo, Inang dan para suster senantiasa di sisiku memberikan semangat. Sesungguhnya aku berharap mama ada mendampingiku, namun mama masih dalam perjalanan pulang kembali dari Puncak.

Singkat cerita, akhirnya pembukaan sempurna, dr. Harini masuk ke ruang bersalin dan mulai menyuruhku untuk mengejan ketika kontraksi datang. Dalam segala kesakitan teramat itu, maka buyarlah semua ingatan akan cara mengejan yang benar, buyarlah ingatan untuk selalu membuka mata. Setelah diingatkan kembali aku pun berusaha keras untuk mengejan dengan benar dan berkonsentrasi bahwa sebentar lagi buah hati kami akan hadir di dunia. Namun entah mengapa setelah mengejan 2 kali,tiba - tiba tubuh terasa amat lemas dan lelah, bayiku tak kunjung berhasil keluar, hanya sebagian kepala kemudian masuk kembali. Para petugas medis di ruang bersalin langsung memasang oksigen, dr. Harini menginstruksikan para suster dan bidan untuk memasang alat vakum untuk membantu persalinan. Dengan bantuan vakum dan segenap tenaga yang tersisa aku berusaha untuk mengejan kembali dan kemudian lahirlah sesosok bayi yang kami nanti-nantikan itu.

Haposan Hizkia Mora Sidabutar, berat 4030 gram, panjang 51 cm. Yaampun aku ngga sadar bayiku bisa sebesar itu, pantas saja mengejan sekali dua kali bahkan tiga kali pun tidak cukup. Sesaat kemudian segala rasa sakit langsung lenyap tuntas. Yang aku inginkan hanyalah mendekapnya, menciumnya. Hai Nak, selamat datang di dunia ini. Perasaan bahagia dan terharu memenuhi hati. Sekarang, aku sudah menjadi seorang ibu.

Waktu pun berjalan terasa amat cepat. Papa dan mama sangat menikmati setiap detik melihatmu tumbuh dan berkembang. Sampai - sampai mama ini pun kosong karena mama ngga sempet nulis lagi.

Hari ini, tepat 1 tahun kamu lahir di dunia ini Sayang..
Selamat ulang tahun yang pertama ya Mora, panjang umurnya, sehat badannya, kuat imannya di dalam Tuhan.

- Mama yang mengasihimu -


 
;