Rabu, 09 Maret 2011

Punggung yang Perih

"mama mama aku mau ke kebun binatang, ayo cepat mandiin aku nanti terlambat" celoteh seorang gadis kecil ketika bangun di pagi hari.
"ya nak, jangan masuk kamar mandi dulu ya, mama mau tuang air panas" jawab ibunya.

gadis kecil itu sangat bersemangat karena hari itu ia akan berwisata ke kebun binatang bersama-sama dengan guru dan teman-teman TK A nya serta kakak-kakak kelas di TK B. sudah dari hari-hari sebelumnya ia membayangkan akan melihat binatang-binatang yang selama ini diceritakan padanya. binatang-binatang yang selama ini hanya ia lihat melalui media cetak dan televisi. ia sangat tidak sabar melihat sebesar apakah gajah itu dan sepanjang apakah leher jerapah itu sebenarnya. ia tidak sabar untuk memberi makan kacang kepada monyet-monyet yang pasti ada di kebun binatang itu.

ketika bangun di pagi hari perasaannya amatlah riang. ia terlalu bersemangat sampai tidak mengindahkan kata-kata ibunya. ia tak sabar ingin mandi dan berangkat, maka segera membuka baju dan berlari ke kamar mandi. sang ibu yang baru saja mengujarkan pesan kepada anaknya untuk menanti di luar tak melihat buah hatinya yang mungil berlari masuk ke kamar mandi dan masuk ke dalam ember. ia kaget bukan main mendengar jeritan ketika menuangkan air mendidih dari panci ke dalam ember. air yang seharusnya akan menjadi air hangat untuk mandi sang buah hati.

mendengar jeritan dari kamar mandi, sang ayah segera berlari dan menyadari apa yang terjadi di sana. istrinya tak sengaja menyiram air panas ke tubuh anak mereka. anak itu menjerit dan menangis sekeras-kerasnya, ia memeperkan punggungnya yang tersiram air panas ke dinding kamar mandi yang dingin. gadis kecil itu kesakitan. ayahnya mengambil berbotol-botol air dingin di kulkas dan menyiram ke punggung sang gadis untuk pertolongan pertama. ia memerintahkan istrinya untuk mengambil semua es batu yang ada di freezer dan mengalaskan jok mobil dengan handuk.

di tengah tangisannya, sang gadis masih sempat berujar "papa aku mau ke kebun binatang pa, masih sempat kan pa?". sang ayah menggendong anaknya dan menengkurapkannya di jok belakang mobil yang sudah beralaskan handuk. kemudian ia menuang es batu ke punggung gadis kecil itu serta berkata "tidak nak, kita ke rumah sakit". sang ayah segera menstarter mobil dan tancap gas menuju rumah sakit terdekat. membawa dan menggendong gadis kecil kesayangannya itu ke unit gawat darurat. hatinya teriris melihat punggung anaknya merah melepuh, mendengar tangisan yang tak henti.

setelah mendapat perawatan dari UGD, mengurus pembayaran dan menebus obat, sang ayah pun membawa gadis kecil itu pulang. sesampainya di rumah istrinya sudah menanti di teras dengan mata merah terlihat bekas menangis. sang ibu tahu, ia akan mendapatkan marah dari suaminya. karena jelas harusnya ia lebih berhati-hati, walaupun semua terjadi tanpa sengaja. tapi ia tak peduli dirinya akan dimarahi sebesar apa, ia terlebih khawatir kepada gadis kecilnya itu. ia merasa sangat bersalah telah melukai dan menghancurkan impian gadis kecilnya untuk berwisata ke kebun binatang hari itu. ia terlebih khawatir jika nantinya ada cacat pada punggung buah hatinya. sekali lagi walaupun tidak sengaja, tapi ia tetap merasa yang paling bersalah dalam kejadian ini. ia menyambut gadis kecil itu dan suaminya, membukakan pintu kamar sang gadis kecil dan membantu suaminya menengkurapkan gadis itu di kasurnya.

sang gadis kecil kecewa, pada hari itu ia tidak jadi melihat gajah, jerapah dan monyet. sang gadis kecil merasa punggungnya amatlah perih. namun hari itu ia belajar suatu hal yang sangat penting tentang hidup. ia harus selalu mendengarkan kata-kata ibunya. ia tidak mau merasakan kecewa lagi seperti pada hari itu dan ia tidak mau merasakan perih seperti perih punggungnya lagi kelak kemudian hari jika ia tidak mengindahkan kata-kata ibunya. serta ia tahu bahwa ayahnyalah orang yang dapat selalu ia andalkan dan menolong. ayahnya tidak akan membiarkan ia kesakitan. dalam konteks apapun sakitnya.

gadis kecil itu adalah aku. memang luar biasa, tidak ada bekas apapun pada punggungku, punggung yang dulu perih itu. namun aku masih mengingat jelas kejadian itu sampai saat ini. dan pelajaran yang aku petik pada hari itu memang benar adanya. terbukti nyata.

*dedicated to my lovely mom and dad*




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;