Rabu, 04 Juli 2012

Suatu Senja di Jakarta

Awan kemerahan tampak begitu manis, seperti pipi seorang gadis yang sedang kasmaran. Aku, yah aku memang gadis yang sedang kasmaran, namun bukan itu yang ingin kuceritakan. Aku memandang langit dari jendela kamarku. Senja itu aku merasa amat lekat dengan rumah ini, rumah yang sering kutinggal pergi ke luar kota, rumah yang seringkali hanya kujumpai dari Jumat malam hingga Senin subuh. Rumah ini : aku dan mereka yang selalu kurindukan. Mereka yang selalu membuatku tersenyum begitu pulang, setelah lelah dengan pekerjaan dan bergumul dengan kemacetan ibu kota. Yang begitu manis dan teramat manis, yaitu papa dan mama serta adik-adik tersayang yang selalu kugoda dan kupeluk sepulang kerja.
Angin bertiup lembut menyapu wajah, mengantarkanku pada lamunan tak sendu ; memanggil potongan-potongan kejadian manis yang terjadi di rumah ini yang terekam apik dalam kotak kenangan. Aku menyadari tak akan begitu lama lagi berada di rumah ini. Bagiku rumah ini bukan hanya sekumpulan ruang yang dilengkapi berbagai perabot, bukan pula hanya sebagai tempat untuk berlindung dari terik matahari dan hujan. Rumah ini adalah seluruh penghuninya, tempat di mana hatiku berada. Ketika aku tidak berada di rumah ini lagi, aku akan bersatu dengan pria yang kucintai. Kami akan membangun rumah kami sendiri yang aku yakin hangatnya akan sehangat rumah ini, sehangat hatiku saat ini, sehangat matahari senja. 

2 komentar:

Christine Siagian mengatakan...

aduh melo abiz christine... <3 sakses yah persiapan weddingnya :*

christine mengatakan...

hihi..tengkyu kakak :*

Posting Komentar

 
;