Kamis, 08 Desember 2011

Daddy's Little Girl

Perkenankan aku memulai dengan beberapa peristiwa yang masih terekam jelas di otakku.
Ketika kau menggendongku di atas pundakmu karena kaki kecilku lelah berlarian setiap kita berpergian. Ketikaku memeluk erat kakimu karena begitu takutnya aku pada monyet-monyet Sangeh. Ketika kau melarikanku ke UGD setelah punggungku tersiram air panas, membersihkan dan mengobati luka-lukanya hingga sembuh total. Ketika kau memarahiku setiap aku jatuh, setiap aku ceroboh ; memecahkan banyak sekali perabot rumah dan menjatuhkan barang-barang. Ketika kau menghukumku karena aku nakal. Ketika nilai raporku membuatmu kecewa sampai kau terjatuh dari atap, masih terasa sakit di kakimu hingga sekarang.

Ketika kau memberikanku sebuah gitar baru sebagai hadiah kenaikan kelas. Ketika aku harus naik sidi tanpa kehadiranmu. Ketikaku memberikan suapan potongan pertama kue ulangtahunku yang ke-17 kepadamu. Ketika di tengah kesibukanmu, kau turut mengantarku ke Bontang untuk mengikuti ujian saringan masuk ITB. Ketika aku meneleponmu dengan sukacita untuk memberi kabar bahwa aku berhasil mencapai impianku untuk berkuliah di ITB. Dengan secuil arogansi ingin kunyatakan bahwa keraguanmu tidaklah terbukti. 

Ketika kau terbang dari Balikpapan ke Bandung kemudian segera memelukku eratsesampainya di RS Boromeus, aku yang sedang terbaring sakit, yang katanya dokter hampir lewat dan mungkin itu yang membuatmu panik sedemikian rupa. Kemudian dengan mata berkaca-kaca dan meletakkan kepalamu di pundakku, kau membisikkanku sebuah kalimat. Kalimat sakti yang membuatku trenyuh luar biasa. Ketika aku lagi-lagi membuatmu kecewa dan sungguh betapa sedihnya aku merasakan untuk pertama kalinya kau begitu dingin seolah tidak mengindahkanku. Malam itu malam Natal tahun 2006 di Singapura, lalu semuanya menjadi jelas untuk kita setelah kututurkan sebuah cerita. Sesuatu yang hanya aku dan dirimu yang tahu. Peristiwa yang selalu mengingatkanku bahwa ada hubungan batin yang kuat di antara kita. Betapa gembiranya aku ketika keesokan harinya semua sudah kembali normal dan kita merayakan Natal dengan sukacita.

Ketika suatu malam aku mendengar kabar bahwa kau jatuh sakit dan terbaring lemah di rumah sakit, tahukah kau betapa khawatirnya aku? Malam itu aku tidak tidur, aku berdoa untukmu hingga subuh dan segera mencari travel pertama untuk pulang ke Jakarta. Ketika kau membersihkan tuntas kamar kos ku dari debu-debu setelah aku terbaring beberapa hari di rumah sakit karena infeksi saluran pernapasan akut. Ketika akhirnya dari tempat duduk kau melihatku berjalan menyalami rektor, saat itulah selesai sudah tanggung jawabmu untuk membekaliku dengan pendidikan formal agar aku dapat hidup mandiri. Saat itu pulalah aku berhasil lagi menorehkan satu senyum di wajah tanpa ekspresi khasmu. Salah satu senyum dari senyum-senyum yang kuharapkan bisa kulihat sebagai simbol bangga atasku.

Aku selalu senang akan cerita-cerita tentangmu.
Pernah ketika kau masih duduk di Sekolah Dasar, giliranmu untuk membaca sebagian dari sebuah paragraf dilewati oleh sang guru karena kau tidak memiliki buku. Baru akhir-akhir ini aku menyadari mungkin itulah alasan di balik tak ada batasan jumlah dan harga untuk anak-anakmu ketika berbelanja buku.

Ketika kau hendak membuat ternak gurami di kebun milik kita, suatu hari kau menyuruh kami untuk ikut bekerja di kebun mengangkut tanah. Di lain waktu kau mengajak kami untuk memetik cabai dan berbagai buah di kebun itu. Sebenarnya aku lelah kala itu. Bayangkan saja teriknya matahari, ganasnya nyamuk, lagipula aku masih kecil dan tidak pernah melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti itu sebelumnya. Tapi mengingat kisah kecilmu, bertani setiap hari sepulang sekolah dan berjualan di pasar ketika akhir minggu, membuatku tak berani untuk mengeluh. Aku mencoba menebak maksudmu menyuruh kami melakukan pekerjaan di kebun tersebut. Bukankah saat itu kau sedang menanamkan rasa memiliki pada diri kami? Turut berkontribusi nyata dalam mewujudkan sesuatu hal akan memberikan efek 'sense of belonging' yang berbeda. Selain itu hiburan yang menanti setelah seharian berkeringat di kebun mengingatkanku pada sebuah peribahasa berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian.

Entah berapa jumlah halaman yang kuperlukan jika seluruh kisah tentangmu dan seluruh ajaran yang kudapat darimu harus kutulis. Jelas-jelas kau itu kan role modelku, panutanku, idolaku. Kata orang, Aku ini fotokopi dirimu, seperti dirimu tetapi memakai rok. Mereka juga bilang kok bahwa bukan hanya fisik kita yang mirip. Sifat-sifat dasar kita pun sebelas dua belas kurasa. Tahukah kau aku selalu tersipu setiap kali kau membanggakanku di depan kerabat-kerabatmu? Aku hanya merasa bahwa kau sedikit berlebihan, aku tidaklah sehebat itu. Malahan rasa banggaku akan dirimu jauh berkali-kali lipat.

Kau itu gesit, selalu menemukan cara yang elegan dan cantik dalam menyelesaikan suatu permasalahan, penuh hati-hati dan low profile. Kira-kira begitulah testimoni tentangmu yang sering kudengar dari orang-orang di sekitar kita. Lucu ya, beberapa rekan kerjamu dulu sekarang menjadi rekan-rekan kerjaku juga. Setelah cukup mengerti, aku mengikuti perjalanan karirmu. Termasuk tajamnya duri-duri yang kau lalui. Selalu kau katakan, Tuhanlah yang menolong. Serta selalu kau katakan di mana pun kau ditempatkan,Tuhan pasti ingin kau bekerja untuk Nya di sana, menjadi bagian dalam rancangan-Nya.

Mungkin orang-orang bilang kau sungguh beruntung berada pada posisimu yang sekarang, pada apa yang kau raih, bisa memiliki apa saja yang kau ingini, memiliki banyak akses, kenal dengan berbagai orang penting dan sebagainya. Namun yang aku tau kau sungguh beruntung memiliki mama. Seorang istri yang hebat yang benar-benar pas untukmu. Contoh paling nyata bagiku akan sebuah kalimat "di balik pria sukses ada wanita yang hebat".

Baru saja aku mencoba mengetikkan namamu pada google. Dalam 0.26 detik mesin pencari menemukan 9300 entri yang mengandung namamu. Memang isinya benar tentang dirimu sampai pada entri terakhir sekalipun. Kemudian aku memfilter pencarian dengan menyingkirkan beberapa entri yang benar-benar mirip, dalam 0.33 detik mesin pencari menemukan 377 entri. Namun aku belum menemukan sesuatu yang berkaitan tentang diriku dan dirimu dalam entri-entri tersebut. Tetapi setelah tulisan ini terposting, coba ketik : vickner sinaga christine fransiska pada kolom pencarian google. Lihat apakah sang mesin pencari akan memasukkan postingan ini dalam entri temuannya di halaman pertama.

Ketika kau membaca tulisan ini, aku pasti sedang merasa sedih, hari ini bertambah satu tahun usiamu dan aku jauh dari rumah. Padahal aku sudah menyiapkan resep kue ulang tahun yang kurencanakan dibuat hari ini untukmu. Ulang tahunmu ketika aku sepenuhnya masih menjadi "milikmu". Ulang tahunmu berikutnya, jika sudah ada seorang pria yang mengambil alih tugasmu untuk menjagaku, tentu saja suasananya akan lain kan. Semoga saja tulisan ini cukup mewakili sebuah peluk cium selamat ulang tahun dariku untukmu.

Papa yang kucintai, tetaplah sehat dan berkarya, tetaplah menjadi papa kebanggaanku. 
Selamat ulang tahun, Tuhan memberkati dan menjagamu!

doa dari jauh,
dari putrimu yang mengasihimu.
("daddy's lil girl" mu yang setiap kali melintasi tol cawang di malam hari selalu tersenyum memandang kerlap kerlip lampu pada kabel transmisi yang jauh tinggi di antara awan dengan rasa bangga atas keberhasilanmu mewujudkannya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;