Kamis, 18 Oktober 2012 0 komentar

Seperti Madu Pemanis Teh Hangatmu

Entah berapa puluh kali perjalanan udara yang kita lakukan dalam dua tahun terakhir. Bahkan mungkin jumlahnya sampai ratusan, aku dengan urusanku dan kamu dengan urusanmu. Itulah yang membuat hubungan kita seperti hubungan jarak jauh dan hanya bisa bertemu pada akhir pekan. Sementara dari Senin sampai Jumat, bukankah seringkali kita berada di pulau yang berbeda? Aku di Sumatera, kamu di Sulawesi, aku di Jawa kamu di Kalimantan, hampir selalu seperti itu.

Hari Senin adalah sebuah rutinias pergi dari rumah dengan tujuan Bandar Udara Soekarno-Hatta. Sebuah rutinitas yang membuat tubuh ini hafal setiap hari Senin tiba harus bangun pukul 2 pagi dan yang membuat tangan ini mahir mengemas seluruh kebutuhan ke dalam sebuah tas punggung hanya dalam hitungan beberapa menit sebelum memburu penerbangan paling pagi. 

Namun hari ini adalah Senin yang berbeda. Pagi ini aku sudah berada di Bandar Udara Soekarno-Hatta. Lantas apa yang berbeda dari Senin biasanya? Kali ini ada kamu, ya aku dan kamu, hanya kita berdua. Ini adalah perjalanan udara kita yang pertama kalinya. Aku sudah sangat bersemangat sejak pertama kali kau mengejutkanku dengan lembaran tiket pesawat bertuliskan namamu dan namaku. Bahkan sangking semangatnya aku membeli baju-baju baru spesial untuk perjalanan ini dan mengemasnya dari jauh hari. Aku  tak sabar menunggu hari ini tiba. 

Matahari berada lebih dekat dengan kita sepanjang hari hingga dirinya ditelan oleh malam. Bulan penuh dan udara malam khas tropislah yang menyambut kita di pulau mimpi ini. Ah, pulau mimpi... Aku yakin beberapa hari ke depan yang akan kita habiskan bersama di pulau ini pastilah rasanya seperti mimpi. Bayangkan sayang hanya aku dan kamu, bisa jadi tak ada seorang pun yang kita kenal di sini. Kita akan melakukan apapun yang kita mau di pulau ini. Aku yakin kita akan mengalami hari-hari yang manis, semanis madu pemanis teh hangat yang tadi pagi kubuatkan untukmu. 


Phuket, 17 September 2012


Ny. Joseph Saragi
Rabu, 17 Oktober 2012 0 komentar

Bahwa Bekerja adalah Suatu Kehormatan

Pagi ini seperti biasa kami melaksanakan rutinitas pagi di kantor. Untuk Divisi Transmisi&Distribusi, kami biasa memulai ritual pagi pk 08.15 selama 15 menit. Kegiatan ini dibawa bergilir oleh setiap staf, sang pembawa acara memulai 'ice breaking' dengan menyebutkan visi misi dan tata nilai perusahaan, kemudian membuka sesi sharing. Pada sharing hari ini, Pak Supiyana kembali menceritakan sebuah kisah. Beliau memang langganan berbagi cerita dari renungan sampai lelucon. Saya akan menceritakan kembali kisah yang tadi pagi Beliau bagi..

Suatu sore Pak Supiyana dan rekannya ngopi di sebuah pusat Tongkrongan di bilangan Setiabudi. Di sana Beliau melihat ada seorang eksekutif muda yang sedang sibuk dengan laptopnya. Kemudian datanglah gadis cilik menawarkan bunga kepadanya. "Om, Om, beli bunganya dong Om, satu saja" Kemudian si eksekutif muda ini menjawab "Kamu ngga lihat saya sedang sibuk?" Si gadis cilik segera pergi dan mencoba menawarkan bunga-bunga jualannya kepada orang lain. Ketika si eksekutif telah menutup laptopnya, gadis itu kembali menawarkan bunganya : "Om, bunganya Om, satu aja untuk kekasih Om" Dengan nada jengkel, si eksekutif pun mengeluarkan selembar dua ribu rupiah dan menyerahkannya kepada si gadis, "Nih, ambil aja untuk kamu, bunganya tidak usah". Gadis itu mengambil uang tersebut kemudian berjalan mendekati pengemis yang ada di dekat situ dan memberikannya. Si eksekutif bunga itu bingung dan bertanya kepada gadis kecil penjual bunga "Mengapa kamu memberikan uang itu kepada pengemis?" Dengan polos gadis itu menjawab "Soalnya saya sudah janji Om sama ibu, ibu bilang saya hanya boleh mendapat uang dari hasil jualan bunga-bunga ini, bukan dari hasil meminta-minta" Singkat cerita pria tersebut membeli seluruh bunga yang ada di tangan gadis cilik. 

Pak Supiyana menarik kesimpulan dari kejadian yang baru saja terjadi di depannya : sebuah pelajaran di sore hari itu, bahwa pekerjaan adalah suatu kehormatan dan harga diri.
Rabu, 03 Oktober 2012 0 komentar

My Wedding Day (Part 1)


H-1 , hari Kamis, aku tidak diperbolehkan keluar rumah. Sepanjang hari itu aku merasa deg-degan luar biasa. Senang sekali rasanya ketika kedua sahabatku Melissa dan Asih datang sore hari untuk memberikan peluk cium penenang hati. Malam harinya kami bersama keluarga besar Papa (kel. besar Sinaga) mengadakan ibadah di rumah. Hari-H tinggal beberapa jam lagi namun si calon pengantin wanita tak bisa tidur dengan alasan gugup. Aku baru mampu memejamkan mata justru ketika hari telah berganti menjadi Hari-H pada pukul 1 dan terbangun kembali pada pukul 2untuk langsung mandi dan bersiap karena perias akan datang jam setengah 4.

Yang terjadi pada hari itu, hari pernikahan aku dan Jo, semua  kupasrahkan dan kuserahkan kepada Tuhan. Biarlah semua boleh berjalan seturut kehendak-Nya. Hanya kalimat itu yang terus menerus berputar di kepalaku, perasaan gugup pun masih hinggap dan enggan pergi. Pukul setengah 7 semua sudah siap, baik aku, pandonganiku dan seluruh anggota keluarga besar. Kami tinggal menunggu rombongan pengantin pria yang dijadwalkan datang pada pukul setengah 8 untuk acara Sibuhai-buhai yaitu bagian dari rangkaian pernikahan adat Batak. Oiya, pandongani itu adalah pendamping pengantin dan pandonganiku adalah Melissa, sahabatku sejak TK ;D


Perasaan gugupku kemudian terbang sebagian ketika melihat pengantin priaku dari balik jendela.  Wah, Jo ganteng banget dengan setelan jasnya, rasanya ingin berlari memeluknya untuk melepaskan semua kegugupan yang kurasakan. Ia beserta rombongan keluarga besarnya (kel. besar Sidabutar) sampai tepat waktu dan sedang bersiap untuk masuk ke rumah. Acara sibuhai-buhai dimulai dengan Jo diikuti keluarga besarnya masuk ke rumahku, Jo menyerahkan buket bunga yang ia bawa dan aku memasangkan corsage bunga di saku jasnya. Setelah acara inti Sibuhai-buhai selesai, kami langsung melakukan proses pencatatan sipil, petugasnya datang ke rumah. Acara Sibuhai-buhai sebagai acara untuk mengawali prosesi pernikahan pada hari itu ditutup dengan doa. Setelah itu kami langsung berangkat ke Gereja HKBP Cinere untuk prosesi Pemberkatan Nikah.  

 
;